Jumat, 05 Agustus 2011

Menuang air putih

Sebuah negeri dilanda bencana kelaparan. Tanah kering dan tumbuhan mati. Karena kurang makan dan susah minum hewan-hewanpun mulai pada mati bergelimpangan. Melihat bencana ini raja mengintruksikan agar masing-masing warganya mengisi sebuah panci besar yang diletakkan di tengah-tengah ibu kota kerajaan.

Aneh…

Ya, solusi yang aneh. Para pasukan kerajaan pun menyebar ke segenap penjuru negeri untuk menyampaikan intruksi raja itu. Dan sebuah panci raksasa sudah bertengger di tengah-tengah negeri. Setiap warga diperintahkan untuk menuangkan segelas susu di dalam panci itu.
“Semua warga harus melaksanakan perintah ini demi mengatasi krisis negeri kita dari kemusnahan secara perlahan. Barangsiapa melanggar atau tidak melaksanakan maka dia akan merasakan akibat pembangkangannya,” kata seorang prajurit menyampaikan ‘woro-woro’
kerajaan dengan nafas yang ngos-ngosan Senin Kamis karena kehausan.

“Tapi ada syaratnya..” lanjutnya.
“Setiap orang yang menuangkan air susu hendaknya melakukannya sendiri dan tanpa diketahui orang lain. Dia harus memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang melihatnya.”

Wah, aneh lagi… pikir setiap warga.


Tapi tidak ada seorangpun yang berani nanya, apalagi protes. Malam harinya masing-masing warga mulai mengendap-ngendap menuju panci itu dengan gelas di tangan. Masing-masing memastikan dirinya bahwa tidak ada seorangpun yang melihatnya. Jika kebetulan ada memergokinya, berbagai alasan spontan diucapkan,

Ah, enggak, mau ngambil air..

Oh, baru saja ambil gelas di tetangga..

Habis buang air..

Dari masjid kok…

Dan dengan berbagai upaya serta masing-masing warga merasa telah menunaikan tugas kerajaan malam terus beringsut digusur cahaya pagi yang berjingkat pelahan. Alam pun bangun dari tidurnya dan bersolek.

Di pagi hari seorang pasukan memeriksa panci besar itu telah penuh, tapi…

“Panci telah penuh paduka..” lapor pasukan kepada raja.

“Oke, saya akan lihat sendiri ke sana untuk memimpin distribusi susu itu kepada warga yang kelaparan.”

Sang raja pun berangkat ke tengah kota didampingi beberapa orang pengawal. Sesampainya di sana ia mengetuk dinding panci itu dengan tangannya, thung-thung,

ia memastikan bahwa panci telah penuh.

Raja tersenyum bangga kepada warganya. Ia mulai naik tangga untuk melihat isinya, dan…

“Gubrak… kenapa isinya kok air semua? mana susunya brow???” bentak raja marah-marah.

Eh ladhala…

Ternyata bukannya penuh dengan susu tapi air putih, bahkan tidak ada susu barang segelaspun di dalam panci raksasa itu. Semua bening kumpling-kumpling.

Kenapa?

Ternyata masing-masing warga bukannya menuangkan segelas susu di panci itu, namun air putih. Masing-masing mereka berpikiran, hanya saya yang menuangkan segelas air, tentu tidak akan mempengaruhi susu yang dituangkan oleh seluruh penduduk di negeri itu, ya hanya dirinya saja.

Ternyata semua berpikir sama, dan semua menuangkan air putih. Dan panci raksasa itu pun berisi air putih.Raja bingung, semua warganya membangkang. Kalau harus dihukum, habislah semua rakyatnya.Setiap orang mengandalkan orang lain.Setiap orang merasa hanya dirinya yang melakukan itu sedang yang lain tidak.Setiap orang menempuh cara yang sama.

Akhirnya kelaparan kian meraja-lela dan kematian menghampiri setiap banyak warga, tanpa kulo nuwun tanpa permisi.

Saudaraku…

Jujurlah pada diri sendiri, apakah anda juga menuangkan air putih?

Jika anda tidak menunaikan pekerjaan dengan baik dalam sebuah group karena mengandalkan rekan-rekan anda telah menunaikan dengan baik, maka anda hanya menuangkan air pituh…

Jika anda membiarkan orang-orang miskin kelaparan karena mengira tentu banyak orang yang sudah membantu mereka maka anda telah menuangkan air putih.

Jika anda tidak selipkan doa untuk kemenangan kaum muslimin di berbagai wilayah konflik karena mengira kaum muslim sudah mendoakan mereka maka anda hanya menuangkan air putih.

Jika anda menyia-nyiakan waktu dan tidak menggunakannya untuk belajar atau berdakwah karena mengira banyak orang yang sudah melakukan tugas itu maka anda hanya menuangkan air putih.

Dan… jika anda tidak sampaikan pesan ini kepada kawan-kawan, anda hanya menuangkan air putih.

Akhukum fillah

Asfuri Bahri

0 komentar:

Blogger Template by Clairvo